السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Marilah berdo'a sebelum belajar anak-anakku...
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا
رَضِتُ بِااللهِ رَبَا وَبِالْاِسْلاَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيَا وَرَسُوْلاَ رَبِّ زِدْ نِيْ عِلْمًـاوَرْزُقْنِـيْ فَهْمًـا
Bagaimana puasanya hari ini? lancar? atau sudah mulai terbiasa dan tidak lapar lagi?
Baik hari ini kita akan mempelajari sedikit mengenai tarikh islam ya yaitu Bilal, kalian tahu siapa Bilal bi Rabah? Ia adalah budak berkulit hitam yang memeluk Islam dan yang pertama kali mengumandangkan adzan. Baik, mari simak cerita dibawah ini
Kisah Azan Terakhir Bilal Bin Rabah
Haji Wada' (harfiah: perpisahan) merupakan ibadah haji
terakhir yang dilaksanakan Rasulullah Muhammad SAW. Sebab, beberapa
waktu kemudian, kondisi fisik beliau mulai memburuk. Sakit Nabi SAW kian parah. Akhirnya, beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Seluruh kaum Muslimin amat berduka cita. Bahkan, Umar bin Khaththab sempat mengingkari kepergian Rasulullah SAW untuk
selamanya. Hingga Abu Bakar tiiba menenangkannya dan menjelaskan,
Rasul-Nya pun akan merasakan maut--sebagaimana diisyaratkan di dalam
Alquran. Saat jasad Rasulullah SAW menjelang dimakamkan, Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan. Tiba di lafazh asyhadu anna Muhammad rasuulullah ('Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah'), suaranya terbata-bata.
Kesedihan menguasai dirinya. Segenap kaum Muslim pun menangis. Mereka
menyadari, sosok mulia yang teramat dicintai itu telah meninggal dunia. Sebuah riwayat menyebutkan, Bilal bin Rabah semenjak wafatnya Rasulullah SAW hanya dapat melakukan azan tiga
hari. Sebab, setiap sampai pada lafazh “Aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah”, ia selalu tersungkur dan menangis.
Siapapun Muslim yang mendengarkannya, juga akan turut terbawa suasana
duka. Terkenang lagi bagaimana ketika Rasulullah SAW masih hidup di
tengah kaum Muslimin. Sedemikian sedihnya Bilal akan kehilangan Rasulullah, sampai-sampai
dia sempat meminta izin kepada khalifah agar boleh pergi dari Madinah.
Sebab, kenangan-kenangan akan tetap menghantuinya.
Sampailah hari ketika Rasulullah SAW mendatangi Bilal bin Rabah melalui
mimpi. Nabi SAW berkata kepadanya, “Wahai Bilal, mengapa engkau tidak
pernah menjengukku lagi?” Seketika sang sahabat ini terhenyak. Begitu
terbangun, Bilal begitu terkejut lantaran kata-kata Rasulullah SAW itu
membuatnya ingin beranjak. Dia pun segera pulang ke Madinah. Kedatangan Bilal bin Rabah diterima dua cucu Rasulullah SAW, Hasan
dan Husain. Sebelumnya, Bilal telah berziarah ke makam Nabi SAW. Kedua
cucu sosok paling mulia dalam sejarah itu lantas meminta Bilal supaya
mengumandangkan azan begitu waktu shalat tiba.
Pada saat bersamaan, Umar bin Khattab yang telah menjadi khalifah
ikut memohon Bilal untuk mengumandangkan azan. Bilal pun memenuhi
permintaan itu. Inilah saat-saat yang teramat dirindukan segenap warga Madinah. Kota
itu seakan-akan diliputi kebisuan. Hanya suara azan Bilal yang menggema
ke segala penjuru. Betapa terkesimanya mereka karena merasa zaman kembali berputar,
seperti ketika masih bersama Rasulullah SAW. Seluruh orang keluar dari
rumah masing-masing. Tangis pun pecah mengiringi usainya azan dari lisan
Bilal bin Rabah. Namun, azan yang dikumandangkannya tidak sampai utuh. Saat dia
menyerukan lafaz "Allahu akbar", untuk kemudian disambung dengan
"Asyhaduan laa ilahaillallah," Bilal tampak masih sanggup, meskipun air
mata mengalir di wajahnya.
Begitu hendak mengumandangkan "Asyhaduanna Muhammadan Rasulullah",
sontak seluruh penduduk Madinah menangis dan meratap. Mereka teringat
akan masa-masa indah bersama Rasulullah SAW. Umar bin Khaththab paling
keras suara tangisnya. Bilal pun tak sanggup meneruskan azannya. Air matanya terus mengalir.
Hari itu menjadi azan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah
Rasulullah wafat. Azan yang tak bisa dirampungkan. Perasaan Bilal masih belum kuasa untuk tetap tinggal di Kota Nabi,
Madinah. Hanya beberapa hari di sana, Bilal bin Rabah pun pergi ke
Damaskus.
Suatu saat, Umar bin Khaththab melintasi wilayah Suriah. Di kota itu,
sang khalifah kembali bertemu dengan Bilal bin Rabah. Ia bersyukur
menjumpai sosok yang lama meninggalkan Madinah itu dalam keadaan sehat. Satu permintaan dari Khalifah Umar, yakni agar Bilal mengumandangkan
azan. Ia sungguh-sungguh merindukan suara azan, sebagaimana di zaman
Rasulullah SAW hidup.
Tidak kuasa, Umar bin Khaththab menangis lantaran mengingat
kenangan-kenangan bersama Nabi SAW begitu mendengarkan lantunan azan
dari lisan Bilal. Sampai ajal menjemputnya, Bilal bin Rabah menetap di Damaskus. Ia wafat pada tahun 20 Hijriah.
sumber: Republika
Terharu ya, hmm apakah kalian yang laki-laki suka mengumandangkan adzan di masjid?
Alhamdulillah jika suka ya
Baiklah Bapak minta kalian menjawab pertanyaan dibawah ini ya
1. Mengapa saat Bilal mengumandangkan lafazh asyhadu anna Muhammad rasuulullah selalu menangis?
2. Apa yang dilakukan Bilal untuk menghentikan rasa sedihnya terhadap kepergian Nabi Muhammad SAW?
3. Apa yang dikatakan Nabi Muhammadi di mimpinya Bilal yang menyebabkan akhirnya ia kembali ke Madinah?
4. Kapan dan dimana Bilal wafat?
5. Tulislah do'a sesudah mendengarkan adzan dengan tulisan arab dan artinya!
Alhamdulillah pembelajaran telah selesai, sebelum belajar diakhiri marilah kita berdo'a
رَبَّنَا انْفَعْنَا بِمَاعَلَمْتَنَا الَّذِيْ يَنْفَعُنَا وَزِدْنَا عِلْمًا وَالْحَمْدُلِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Comments
Post a Comment