Perjuangan Jenderal Sudirman
Jenderal Sudriman yang bernama asli Raden Soedirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah pada 24 Januari 1916 dari orang tua bernama Karsid Kartawiraji dan Siyem, memiliki seorang saudara bernama Muhammad Samingan. Istrinya bernama Alfiah dan memiliki 7 orang anak. Tempat kelahirannya tepatnya berada di Bodas Karangjati, Rembang. Ia tidak dibesarkan oleh orang tua kandungnya melainkan diadopsi oleh pamannya yang seorang camat bernama Raden Cokrosunaryo, agar mendapatkan kehidupan yang lebih mapan. Pada 22 Desember 1948, Jenderal Sudirman memutuskan meninggalkan Yogyakarta untuk berperang dengan Belanda lewat strategi perang gerilya pada masa agresi militer Belanda II. Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), saat itu Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit menderita TBC (Tuberculosis). Di mana paru-paru Jenderal Sudriman hanya berfungsi 50 persen. Meski sakit, tidak mengalahkan semangat Jenderal Sudirman untuk berjuang melawan Belanda. Strategi Perang gerilya yang dilakukan Jenderal Sudirman dan pasukannya merupakan sebuah respon atas Agresi Militer Belanda II. Belanda yang kembali masuk ke Indonesia terutama di Pulau Jawa pada 14 Desember 1948 dan melakukan penyerangan diberbagai wilayah. Di Yogyakarta, Belanda menyerang Pangkalan Udara Maguwo dan selanjutnya menyerang lewat darat. Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta mampu dilumpuhkan dan dikuasai pasukan Belanda. Saat menjalankan strategi perang gerilya, Jenderal Sudirman harus ditandu dengan berpindah-pindah tempat dan keluar masuk hutan. Menghilang dan menyerang dengan tiba-tiba. Bergerak, menyusup, kemudian muncul secara tiba-tiba. Jenderal Sudirman tidak bisa memimpin secara langsung pasukannya saat berperang karena kondisinya. Ia memimpin lewat pemikiran dan motivasi untuk pasukannya. Sakit TBC yang diderita Jenderal Sudirman semakin parah dan Jenderal Sudirman harus dirawat di rumah sakit. Pada 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman meninggal di Magelang pada usia 34 tahun. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta. Pada tahun 1964, Pemerintah Indonesia menjadikan Jenderal Sudirman pahlawan nasional lewat Surat Keputusan (SK), 10 Desember 1964. Kita bisa meneladani jiwa patriotisme dan cinta tanah air yang dimiliki oleh Jenderal Sudirman. Jenderal Sudirman tidak pernah gentar saat melawan penjajah Belanda. Jenderal Sudirman memimpin pasukan langsung di garis terdepan, bahkan ketika Jenderal Sudirman tengah mengalami sakit.Kini terdapat Beberapa koleksi jejak-jejak sejarah Jenderal Sudirman di museum
Vredeburg yang menjadi saksi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia seperti
- Keris Kiai Slamet
- Kendil Dalung
- Sarung Keris
- Sepatu
- Meja dan Kursi Tamu
- Tempat Tidur
- Perlengkapan Dapur
IPS (Kamis)
Pertanyaan
1. Apa yang bisa kita teladani dari perjuangan Jenderal Sudirman?
2. Bagaimana strategi perang Jenderal Sudirman ketika melawan Belanda?
3. Tuliskan beberapa koleksi jejak-jejak sejarah Jenderal
Sudirman di museum Vredeburg yang menjadi saksi dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia!
SBK (Jumat)
Gambarlah poster ucapan selamat hari raya idul fitri dalam suasana saat ini
Laporan kegiatan Ramadhan ( Sabtu)
Lengkapilah laporan kegiatan ramadhanmu hingga tanggal 20 Ramadhan 1441 H
Comments
Post a Comment